Assalamualaikum


counter

Selamat Datang

selamat datang


counter

Translate

Selasa, 24 Desember 2013

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) BERDASARKAN KOMPETENSI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASI



PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) BERDASARKAN  KOMPETENSI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASI


ABSTRAK
Peranan manusia dalam organisasi sangat penting. Seiring tuntutan teknologi dan persaingan dunia usaha, maka kompetensi sumber daya manusia dalam organisasi harus dapat dioptimalkan melalui pelatihan dan pengembangan karyawan yang berbasis kompetensi. Hal ini memberikan dampak yang positif ketika SDM yang kompeten mampu membawa keberhasilan pribadinya pada peningkatan kinerja organisasi. Pengembangan manusia dalam organisasi memberikan kualitas dan kemampuan kerja yang akan berdampak pada peningkatan kinerja organisasi.

PENDAHULUAN
            Keberadaan sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan aset yang berharga bagi organisasi itu sendiri. Keberhasilan suatu organisasi ditentukan dari kualitas orang-orang yang berada di dalamnya. SDM akan bekerja secara optimal jika organisasi dapat mendukung kemajuan karir mereka dengan melihat apa sebenarnya kompetensi mereka. Biasanya, pengembangan SDM berbasis kompetensi akan mempertinggi produktivitas karyawan sehingga kualitas kerja pun lebih tinggi pula dan berujung pada puasnya pelanggan dan organisasi akan diuntungkan.
            Pengembangan SDM berbasis kompetensi dilakukan agar dapat memberikan hasil sesuai dengan tujuan dan sasaran organisasi dengan standar kinerja yang telah ditetapkan. Kompetensi yang dimiliki seorang karyawan secara individual harus dapat mendukung pelaksanaan visi misi organisasi melalui kinerja strategis organisasi tersebut. Oleh karena itu kinerja individu dalam organisasi merupakan jalan dalam meningkatkan poduktivitas organisasi itu sendiri.


PENGERTIAN SDM
            Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu, perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya. Sumber daya manusia merupakan aset dalam segala aspek pengelolaan terutama yang menyangkut eksistensi organiasi.
Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM merupakan potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi. Oleh karena itu, dalam bidang kajian psikologi, para praktisi SDM harus mengambil penjurusan industri dan organisasi.
Mengenai perkembangan Sumber Daya Manusia dalam suatu organisasi, Greer menyatakan bahwa :
Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang SDM bukan sebagai sumber daya belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi. Karena itu kemudian muncullah istilah baru di luar H.R. (Human Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di sini SDM dilihat bukan sekedar sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan, dikembangkan (bandingkan dengan portfolio investasi) dan juga bukan sebaliknya sebagai liability (beban,cost). Di sini perspektif SDM sebagai investasi bagi institusi atau organisasi lebih mengemuka.

        Berdasarkan hal di atas, maka SDM memegang nilai yang sangat penting dalam manajemen keorganisasian. Meskipun teknologi banyak dilibatkan dalam roda organisasi, namun tetap saja organisasi memerlukan SDM sebagai daya penggerak dari sumber daya lainnya yang dimiliki oleh organisasi dalam bentuk apapun.


KOMPETENSI
            Kompeten adalah keterampilan yang diperlukan seseorang yang ditunjukkan oleh kemampuannya untuk dengan konsisten memberikan tingkat kinerja yang memadai atau tinggi dalam suatu fungsi pekerjaan spesifik. Kompeten harus dibedakan dengan kompetensi, walaupun dalam pemakaian umum istilah ini digunakan dapat dipertukarkan. Upaya awal untuk menentukan kualitas dari manajer yang efektif didasarkan pada sejumlah sifat-sifat kepribadian dan keterampilan manajer yang ideal. Ini adalah suatu pendekatan model input, yang fokus pada keterampilan yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Keterampilan-keterampilan ini adalah kompetensi dan mencerminkan kemampuan potensial untuk melakukan sesuatu. Dengan munculnya manajemen ilmiah, perhatian orang-orang berbalik lebih pada perilaku para manajer efektif dan pada hasil manajemen yang sukses. Pendekatan ini adalah suatu model output, dengan mana efektivitas manajer ditentukan, yang menunjukkan bahwa seseorang telah mempelajari bagaimana melakukan sesuatu dengan baik.
Terdapat perbedaan konsep tentang kompetensi menurut konsep Inggris dan konsep Amerika Serikat. Menurut konsep Inggris, kompetensi dipakai di tempat kerja dalam berbagai cara. Pelatihan sering berbasiskan kompetensi. Sistem National Council Vocational Qualification (NCVQ) didasarkan pada standar kompetensi. Kompetensi juga digunakan dalam manajemen imbalan, sebagai contoh, dalam pembayaran berdasarkan kompetensi. Penilaian kompetensi adalah suatu proses yang perlu untuk menyokong inisiatif-inisiatif ini dengan menentukan kompetensi-komptensi apa yang karyawan harus perlihatkan.
Pendapat yang hampir sama dengan konsep Inggris dikemukakan oleh Kravetz (2004), bahwa kompetensi adalah sesuatu yang seseorang tunjukkan dalam kerja setiap hari. Fokusnya adalah pada perilaku di tempat kerja, bukan sifat-sifat kepribadian atau keterampilan dasar yang ada di luar tempat kerja ataupun di dalam tempat kerja.
Kompetensi mencakup melakukan sesuatu, tidak hanya pengetahuan yang pasif. Seorang karyawan mungkin pandai, tetapi jika mereka tidak menterjemahkan kepandaiannya ke dalam perilaku di tempat kerja yang efektif, kepandaian tidak berguna. Jadi kompetensi tidak hanya mengetahui apa yang harus dilakukan. (http://deroe.wordpress.com/2007/10/05/kompeten-dan-kompetensi/)
            Menurut Spencer and Spencer (1993) Kompetensi didefinisikan sebagai Underlying characteristic’s of an individual which is causally related to criterion- referenced effective and or superior performance in a job or situation. Kompetensi merupakan karakteristik yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya.
            Secara general, kompetensi sendiri dapat dipahami sebagai sebuah kombinasi antara ketrampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi. Dalam sejumlah literatur, kompetensi sering dibedakan menjadi dua tipe, yakni soft competency atau jenis kompetensi yang berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengelola proses pekerjaan, hubungan antar manusia serta membangun interaksi dengan orang lain. Contoh soft competency adalah: leadership, communication, interpersonal relation, dll. Tipe kompetensi yang kedua sering disebut hard competency atau jenis kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan fungsional atau teknis suatu pekerjaan. Dengan kata lain, kompetensi ini berkaitan dengan seluk beluk teknis yang berkaitan dengan pekerjaan yang ditekuni. Contoh hard competency adalah : electrical engineering, marketing research, financial analysis, manpower planning, dll.

Menilik dalam organisasi tingkatan manajemen ada 3 yaitu:
  • 1.    Tingkatan Eksekutif

Pada tingkatan ini diperlukan kompetensi yang berkaitan dengan strategic thinking dan change leadership manajement. Strategic thinking adalah kompetensi untuk memahami kecenderungan perubahan lingkungan yang begitu cepat, melihat peluang pasar, ancaman, kekuatan dan kelemahan organisasi agar dapat mengidentifikasikan “strategic responce” secara optimum. Sedangkan change leadership adalah kompetensi untuk mengkomunikasikan visi dan strategi perusahaan dan dapat mentransformasikan kepada pegawai.
  • 2.    Tingkat Manajer

Pada tingkat ini diperlukan adalah kompetensi yang meliputi aspek-aspek fleksibilitas, change implemention, interpersonal understanding, and empowering. Aspek fleksibilitas adalah kemampuan merubah struktur dan proses manajerial:apabila strategic perubahan organisasi diperlukan untuk efektifitas pelaksanan tugas organisasi. Dimensi “interpersonal understanding” adalah kemampuan untuk memahami nilai dari setiap manusia. Aspek pemberdayaan adalah kemampuan mengembangkan karyawan, mendelegasikantanggung jawab, memberikan saran umpan balik, menyatakan harapan-harapan positif pada bawahan serta memberikan reward bagi peningkatan  kinerja.
  • 3.    Tingkat Karyawan

Pada tingkat ini di perlukan kualitas kompetensi seperti fleksibilitas, menggunakan, mencari berita, motivasi dan kemampuan untuk belajar, motivasi kerja dibawah tekanan waktu, kolaborasi, dan orientasi pelayanan terhadap pelanggan.

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN KARYAWAN

            Pelatihan dan pengembangan dapat didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan pegawai. Pelatihan dan pengembangan merupakan dua konsep yang sama, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan. Tetapi apabila dilihat dari sasarannya, pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang spesifik pada saat ini, dan pengembangan lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang, yang dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja.
            Terdapat beberapa keuntungan dengan dilakukannya pelatihan dan pengembangan bagi pegawai yang pada akhirnya akan membawa keuntungan bagi organisasi diantaranya :
1.             Mendorong pencapaian pengembangan diri pegawai
2.             Memberikan kesempatan bagi pegawai untuk berkembang dan memiliki pandangan tentang masa depan kariernya.
3.             Membantu pegawai dalam menangani konflik dan ketegangan.
4.             Meningkatkan kepuasan kerja dan prestasi kerja
5.             Menjadi jalan untuk perbaikan keterampilan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi.
6.             Membantu menghilangkan ketakutan dalam mencoba hal-hal baru dalam pekerjaan
7.             Menggerakkan pegawai untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi
Berdasarkan hal-hal di atas maka pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia memberikan dampak yang baik terhadap kinerja pegawai tersebut sebagai individu. Hal ini jelas akan membawa peningkatan terhadap kinerja organisasi apabila pelatihan dan pengembangan pegawai dilakukan secara terencana dan berkesinambungan. Pengembangan SDM dirasakan sangat penting karena tuntutan pekerjaan yang sangat kompleks akibat kemajuan teknologi dan kompetisi diantara berbagai organisasi, sangat membutuhkan pengembangan pegawai yang baik.
Beberapa tujuan dari pengembangan pegawai diantaranya :
1.             Meningkatkan produktivitas kerja
2.             Meningkatkan efisiensi tenaga, waktu, bahan baku, dan mengurangi ausnya mesin-mesin
3.             Mengurangi tingkat kecelakaan pegawai
4.             Meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari karyawan untuk konsumen perusahaan dan atau organisasi
5.             Menjaga moral pegawai yang baik
6.             Meningkatkan karier pegawai
7.             Meningkatkan kecakapan manajerial pegawai

Terdapat banyak pendekatan untuk pelatihan. Menurut (Simamora:2006 :278) ada lima jenis-jenis pelatihan yang dapat diselenggarakan:
1.    Pelatihan Keahlian
Pelatihan keahlian (skils training) merupakan pelatihan yang sering di jumpai dalam organisasi. program pelatihaannya relatif sederhana: kebutuhan atau kekuragan diidentifikasi rnelalui penilaian yang jeli. kriteria penilalan efekifitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang diidentifikasi dalam tahap penilaian.
2.   Pelatihan Ulang.
Pelatihan ulang (retraining) adalah subset pelatihan keahilan. Pelatihan ulang berupaya memberikan kepada para karyawan keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah. Seperti tenaga kerja instansi pendidikan yang biasanya bekerja rnenggunakan mesin ketik manual mungkin harus dilatih dengan mesin computer atau akses internet
3.   Pelatihan Lintas Fungsional.
Pelatihan lintas fungsional (cros fungtional training) melibatkan pelatihan karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dan pekerjan yang ditugaskan.
4.  Pelatihan Tim.
Pelatihan tim merupakan bekerjasarna terdiri dari sekelompok Individu untuk menyelesaikan pekerjaan demi tujuan bersama dalam sebuah tim kerja.
5.  Pelatihan Kreatifitas.
Pelatihan kreatifitas (creativity training) berlandaskan pada asumsi hahwa kreativitas dapat dipelajari. Maksudnya tenaga kerja diberikan peluang untuk mengeluarkan gagasan sebebas mungkin yang berdasar pada penilaian rasional dan biaya dan kelaikan.
Adapun perbedaan antara pelatihan dan pengembangan menurut (Syafaruddin:2001 :217).
              a. Pelatihan.
Tujuan             : Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan saat ini.
Sasaran            : Peningkatan kinerja jangka pendek.
Orientasi          : Kebutuhan jabatan sekarang.
Efek terhadap karir     : Keterkaitan dengan karir relatif rendah.
              b. Pengembangan.
Tujuan             : Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan yang akan  datang.
Sasaran            : Peningkatan kinerja jangka panjang.
Orientasi          : Kebutuhan perubahan terencana atau tidak terencana.
Efek terhadap karir     : Keterkaitan dengan karir relatif tinggi.


PENGEMBANGAN SDM BERDASARKAN KOMPETENSI DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASI
          

        Dalam mengungkap kinerja organisasi Nickson (2007:169) mengutip pendapat Armstrong mengenai yaitu :
     “Performance management is about getting better results from the organization, teams and individuals by understanding and managing performance within an agreed framework of planned goals, standards and competing requirements. It is a process for establishing shared understanding about what is to be achieved, and an approach to managing and developing people in a way which increases the probability that it will be achieved in the short and long term. It is owned and driven by management. “

            Berdasarkan pendapatnya di atas dapat dikatakan bahwa kinerja organisasi diperoleh dari pengelolaan berbagai tujuan, sasaran dan pengembangan sumber daya manusia di dalamnya dalam rangka mencapai tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Peran pimpinan dalam hal ini sangat dominan. Sejauh mana pimpinan menghendaki SDM organisasinya berkembang maka pimpinan tersebut memiliki kewenangan dalam mewujudkan pengembangan SDM melalui berbagai kegiatan pengembangan dan pelatihan sesuai dengan masing-masing kompetensi yang dimiliki pegawainya.
            Berbagai upaya pengembangan SDM hendaknya didukung oleh beberapa faktor diantaranya:
1.      Terdapat seleksi SDM yang baik untuk benar-benar menciptakan pegawai yang berkualitas
2.      Merancang keselarasan antara kebutuhan organisasi dan kemampuan pegawai
3.      Menyediakan sarana, prasarana dan teknologi yang sesuai untuk pengembangan pegawai
4.      Komitmen yang tinggi dari setiap elemen organisasi untuk melakukan pengembangan pegawai secara berkesinambungan.
Apabila daya dukung organisasi sudah dapat berjalan secara simultan maka pengembangan sumberdaya manusia berbasis kompetensi akan dapat memberikan dampak baik bagi peningkatan kinerja organisasi. Hal ini terjadi karena sumberdaya manusia yang berkembang secara kompeten merupakan suatu kondisi dimana seluruh elemen internal organisasi siap untuk bekerja dengan mengandalkan kualitas diri dan kemampuan yang baik.
Pada level tertentu dimana kondisi di atas sudah mampu tercipta dalam suatu organisasi maka kinerja individu organisasi menjadi cerminan bagi kinerja organisasi. Terdapat banyak tantangan dalam menciptakan situasi kondusif bagi organisasi untuk meningkatkan kinerjanya dan pengembangan SDM merupakan salah satu hal yang patut kian dilakukan. Organisasi yang menghendaki kinerja yang optimal dibutuhkan pula konsistensi dari manajemen mengenai pengelolaan pegawai yang baik dan proporsional serta menciptakan hubungan kerja yang efektif.

PENUTUP
Pengembangan SDM yang berbasis kompetensi dapat membantu organisasi untuk  memiliki sumber daya manusia yang kompeten dan handal dalam bekerja. Melalui berbagai kegiatan pengembangan dan pelatihan, kompetensi SDM akan lebih optimal dan berujung pada meningkatnya kinerja organisasi melalui penjabaran serta operasionalisasi visi dan misinya.


DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Syafaruddin. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia : Strategi Unggulan Kompetitif. BPFE. Yogyakarta.
Greer, Charles R. 1995. Strategy and Human Resources: a General Managerial Perspective. New Jersey: Prentice Hall.
Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.
Nickson, Dennis. 2007. Human Resources Management for The Hspitality and Tourism Industries. Elsevier. Burlington.
Ryllatt, Alastair, et.al, 1995. Creating Training Miracles. AIM. Australia.
Spencer, N.Lyle and Spencer, M. Signe. 1993. Competence at Work : Models for Superrior Performance. John Wily & Son,Inc. Mew York.

Minggu, 15 Desember 2013

Perkembangan Individu Dalam Konteks Belajar

KATA  PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim…
Alhamdulillah, segala puji hanyalah milik Allah, dialah yang mengajarkan manusia dengan pena dia pula yang mengajarkan manusia apa yang tidak di ketahuinya. Segenap shalawat dan salam senantiasa tercurah untuk sang kekasih Allah, pembawa peringatan dan kabar gembira ialah salallahua’alaihi wassalam, yang mengeluarkan manusia dari ujung kenistaan, keterbelakangan ilmu-ilmu pengetahuan serta keburukan moral kepada cahaya kehidupan yang penuh cinta ,cita, dan cipta.
Alhamdulillah, berkat rahmat sang illahi rabbi taufik dan hidayat Nya-lah makalah ini telah selesai walau banyak sekali hambatan yang terkadang membakar semangat penulis tetapi penulis percaya dapat merampungkannya, dengan dibuatnya makalah ini menjadi lebih bermakna karena telah menambah wawasan dan pengalaman penulis.
Selanjutnya sebuah pepatah mengatakan bahwa “tak ada gading yang tak retak” maka penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih kurang untuk di katakan sempuna.
         Atas segala perhatiannya pemakalah mengucapkan kata banyak terima kasih semoga bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah.

                                                                                                Pekanbaru,    Oktober 2013

                                                                                                      Pemakalah


BAB I
PENDAHULUAN

      A.    Latar Belakang
Dalam perkembangan setiap individu sejak lahir hingga akhir hayatnya  pasti akan mengalami proses belajar dan akan menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya baik secara langsung maupun tidak langsung, Dalam proses ini perubahan tidak terjadi  sekaligus tetapi terjadi  secara bertahap. Perkembangan individu ditunjukkan bagaimana perkembangan anak-anak, remaja dan dewasa tumbuh dan berkembang secara pisik, psikis dari fase ke fase seperti dalam hal pertumbuhan pisik, kognitif, afektif, sosial, psikomotor, moral.
Di dalam bidang kegiatan pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan formal, proses pengajaran dan pembelajaran sangat penting dalam perkembangan belajar individu demi menuju keberhasilannya. Proses pengajaran dan pembelajaran tidak akan bisa berjalan efektif dan efisien apabila seorang pendidik tidak memahami perkembangan peserta didik secara menyeluruh. Untuk itu pendidik memerlukan pengetahuan tentang perkembangan individu peserta didik.
      
      B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian Perkembangan?
2.      Apakah Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan?
3.      Bagaimana Perkembangan Bahasa Dalam Individu?
4.      Apakah Tugas-tugas Perkembangan Bahasa?
5.      Bagaimana Perkembangan Motorik, Kognitif dan Moral?
6.      Bagaimana Arti Penting Perkembangan Bagi Proses Pembelajaran?

BAB   II
PEMBAHASAN
      
      A.    Pengertian Perkembangan
Kata perkembangan seringkali digandengkan dengan pertumbuhan dan kematangan. Ketiganya memang mempunyai hubungan yang sangat erat. Pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya adalah perubahan, perubahan menuju ke tahap yang lebih tinggi atau lebih  baik. Ada beberapa perbedaan antara pertumbuhan dengan perkembangan. Pertumbuhan lebih banyak berkenaan dengan aspek-aspek jasmaniah atau fisik, sedang perkembangan berkenaan dengan aspek-aspek psikis atau rohaniah. Pertumbuhan menunjukkan perubahan atau penambahan secara kuantitas, yaitu penambahan dalam ukuran besar atau tinggi, sedang perkembangan berkenaan dengan peningkatan kualitas, yaitu peningkatan dan penyempurnaan fungsi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan berkenaan dengan penyempurnaan struktur, sedang perkembangan dengan penyempurnaan fungsi.[1]
Menurut Mc. Leod dalam Syah ( 2004 ), menjelaskan perkembangan adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya.
Dalam Dictionary of psychology, perkembangan pada prinsipnya adalah tahapan-tahapan yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organisma lainnya. Jadi perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh individu menuju tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinabungan.
Yang dimaksud dengan sistematis adalah perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organisma ( fisik dan psikis ) dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Seperti kemampuan berjalan anak-anak seiring dengan matangnya otot-otot kaki.
Progresif berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan mendalam( meluas ) baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Misalnya terjadi perubahan proporsi dan ukuran fisik anak dari pendek menjadi tinggi, kecil menjadi besar, dan perubahan pengetahuan dan kemampuan anak dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks, seperti mulai mengenal abjad dan angka hingga mampu membaca dan berhitung.
Kontiniu atau berkesinambungan berarti, perubahan pada bagian atau fungsi organisma itu berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan atau loncat- loncat. Misalnya untuk mampu berjalan seorang anak harus terlebih dahulu bisa duduk dan merangkak. [2]
      
      B.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Dalam berbagai literatur-literatur yang menjelaskan tentang perkembangan, bahwa masalah hereditas dan lingkungan merupakan faktor penting yang mempengaruhi perkembangan manusia. Salisu Shehu dalam Aliah ( 2006 ), menyebutkan bahwa bukan hanya faktor hereditas dan lingkungan saja yang penting dalam mempengaruhi perkembangan manusia, tetapi dalam perspektif Islam, bahwa faktor ketentuan Allah SWT merupakan hal yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan.
Faktor hereditas dan faktor lingkungan sebagai dua faktor yang mempengaruhi perkembangan, telah banyak dijelaskan dalam Islam seperti:
Bahwa seorang yahudi bertanya kepada nabi Muhammad saw tentang penentuan jenis kelamin bagaimana terjadinya? Nabi menjawab sebagai berikut:
”Sperma pria adalah putih dan sel telur perempuan kekuning-kuningan. Jika mereka bertemu ( terjadi pembuahan ) dan sperma pria mengungguli sel telur perempuan, hasilnya akan menjadi jenis kelamin laki-laki dengan seizing Allah, dan jika sel telur perempuan menggungguli sel sperma pria hasilnya akan menjadi perempuan dengan seizing Allah”( HR.Bukhari )
“persamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti pedagang minyak kasturi dan peniup api tukang besi. Si pedagang minyak kasturi mungkin akan memberinya padamu, atau engkau membeli padanya, atau setidaknya engkau dapat memperoleh bau yang harum darinya, tapi si peniup api tukang besi mungkin akan mempuat pakaianmu terbakar atau kamu akan mendapatkan bau yang tidak sedap darinya” ( HR. Bukhari ).\
Jadi, Islam memandang manusia sebagai makhluk Allah yang harus diatur, dijaga, dikontrol dan diarahkan oleh kekuatan dan kehendak yang maha kuasa, yang tidak terbatas.[3]

      C.    Perkembangan Bahasa Dalam Individu
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa adalah anugerah dari Yang Maha Kuasa. Alquran menggambarkan bahwa kemampuan manusia untuk berbahasa merupakan kemampuan yang membuat manusia memiliki kelebihan dibandingkan dengan malaikat ( QS. Al-Baqarah: 30-33 )
Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berfikir individu. Perkembangan individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat dan menarik kesimpulan. Perkembangan fikiran itu dimulai pada usia 1,6- 2,6 tahun yaitu pada saat anak dapat menyusun kalimat dua atau tiga kata. Laju perkembangan itu sebagai berikut:
a.       1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif “ bapak makan “
b.      Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif ( menyangkal ) “ bapak tidak makan )
c.       Pada usia selanjutnya, anak dapat menyusun pendapat kritikan, keragu-raguan dan menarik kesimpulan.
Aliah B. purwakania ( 2006 ), membagi laju perkembangan bahasa anak mulai dari prelingustic phase, selanjutnya tahap holophrasastic periode dan  telegraphic periode.[4]
    
      D.    Tugas-tugas Perkembangan Bahasa
1.      Pemahaman
Yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain.
2.      Pemahaman pembendaharaan kata
Pembendaharaan kata-kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra-sekolah dan terus meningkatkan setelah anak masuk sekolah.
3.      Penyusunan kata-kata menjadi kalimat
Kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya berkembang pada usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama ialah kalimat tunggal    ( kalimat satu kata ) dengan disertai “ gesture “ untuk melengkapi cara berfikirnya. Contohnya, anak menyebut “ bola” sambil menunjuk bola itu dengan jarinya. Kalimat tunggal itu berarti “ tolong ambilkan bola itu untuk saya”. Menurut Davis, Garrison dan Mc Carthy ( E. Hurlock, 1956 ) anak yang cerdas, anak wanita dan anak yang berasal dari keluarga berada, bentuk kalimat yang diucapkannya itu lebih panjang dan kompleks dibandingkan dengan anak yang kurang cerdas, anak pria dan anak yang berasal dari kelurga miskin.
4.      Ucapan
Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi  ( peniruan ) terhadap suara-suara yang di dengar dari orang lain ( terutama orang tua ). [5]

      E.     Proses dan Tugas Perkembangan
Dalam konteks perkembangan, proses berarti tahapan-tahapan perubahan yang dialami seseorang baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah. Menurut Hurlock ( 1980 ), manusia tidak statis atau mandek, karena perubahan-perubahan senantiasa terjadi dalam dirinya dalam berbagai kapasitas ( kemampuan ) baik yang bersifat biologis maupun psikologis.
Secara umum, seluruh proses perkembangan individu sampai menjadi “ person “        ( dirinya sendiri ) berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu:          
1.      Tahapan proses konsep ( pembuahan sel ovum ibu oleh sel sperma ayah )
2.      Tahapan proses kelahiran ( lahirnya bayi dari rahim atau perut ibu ke dunia bebas)
3.      Proses perkembangan individu bayi menjadi seseorang pribadi yang khas.
Di dalam konsep Islam, tahap konsepsi ( sebelum kelahiran ) sudah melalui sekurang-kurangnya tiga tahap pula, yaitu”
1.      Nutfah ( mani )
2.      Alaqah ( darah )
3.      Mudghah ( segumpal daging )
Proses dari nutfah ke ‘alaqah  membutuhkan waktu 40 hari demikian juga dari ‘alaqah  ke mudghah. setelah tiga tahap itu dilalui, tahap berikutnya sama dengan yang telah disebutkan diatas. Tentang proses kejadian manusia, alquran telah secara tegas menyebutkan yang artinya:
sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan di dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkam kamu sebagai bayi, kemudian ( secara berangsur-angsur )kamu sampailah kepada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan ( ada pula ) diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya diketahuinya. ( QS Al-Hajj: 5 )
Merujuk kepada psikologi perkembangan yang membahas tahapan-tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga tua, terdapat enam tahapan perkembangan individu dan tugas-tugas perkembangannya.
1.      Fase bayi/kanak-kanak dan tugas-tugas perkembanganya
Disebut fase bayi yaitu sejak seorang individu manusia dilahirkan dari rahim ibunya hingga berusia lebih kurang satu tahun. Tugas-tugas perkembangan pada fase ini adalah sebagai berikut.
a.       Belajar memakan makanan keras.
b.      Belajar berjalan yang di awali dengan telungkup, merangakak dan belajar berdiri dengan berpegangan pada dinding dan kursi
c.       Belajar bicara.
d.      Belajar mengendalikan pengeluaran benda-benda buangan dari tubuhnya,misalnya mulai dengan meludah, membuang ingus dan seterusnya.
e.       Belajar membedakan jenis kelamin dan bersopan santun.
f.       Mencapai kematangan untuk belajar membaca(mulai siap mengenal huruf, suku kata-kata tertulis).
g.      Belajar mengadakan hubungan emosional selain dengan ibu dan ayahnya,saudara kandungnya,dan orang-orang di lingkungannya.
h.      Belajar(bisa)membedakan yang baik dan yang buruk, juga antara yang benar dan yang salah, dan mengembangkan kata hati.

2.      Fase anak-anak dan tugas perkembangannya
Masa anak-anak berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun dengan ciri-ciri utama: (a) memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya, (b) keadaan fisik yang memungkinkan anak memasuki dunia permainan dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan jasmani, (c) memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep,logika dan komunikasi yang luas. Tugas-tugas perkembangan pada fase ini adalah sebagai berikut.
a.       Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain, seperti lompat jauh, lompat tinggi, mengejar, menghindari kejaran dan seterusnya.
b.      Membina sikap yang positif terhadap dirinya sendiri sebagai seorang individu yang sedang berkembang, seperti kesadaran tentang harga diri ( self esteem ) dan kemampuan diri(self efficacy).
c.       Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku di masyarakat.
d.      Belajar memainkan peran sebagai seorang pria ( jika ia sebagai seorang pria ) dan sebagai wanita ( jika ia seorang wanita ).
e.       Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis dan berhitung.
f.       Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan kehidupan sehari-hari.
g.      Mengembangkan kata hati, moral dan skala nilai yang selaras dengan keyakinan dan kebudayaan yang berlaku di masyarakat.
h.      Mengembangkan sikap objektif baikn positif maupun negatif terhadap kelompok dan lembaga kemasyarakatan.
i.        Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga menjadi dirinya sendiri yang independen ( mandiri ) dan bertanggung jawab.

3.      Fase remaja dan tugas-tugas perkembangannya.
Pada masa ini merupakan masa yang penuh kesukaran dan persoalan, bukan saja bagi remaja itu sendiri, tetapi juga bagi orang tua, guru dan masyarakat di sekitarnya. Sebagian ahli psikologi menyatakan bahwa masa remaja terdiri atas tiga subperkembangan, yaitu: (a) subperkembangan prapuber selama kurang lebih dua tahun sebelum masa puber, (b) subperkembangan puber selama dua setengah sampai tiga setengah tahun,dan (c) subperkembangan post puber, yakni saat perkembangan biologis sudah lambat tapi masih terus berlangsung pada bagian-bagian organ tertentu. Saat ini merupakan akhir masa puber yang mulai menampakkan tanda-tanda kedewasaan. Tugas-tugas perkembangan pada fase ini adalah sebagai berikut.
a.       Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya yang berbeda dengan jenis kelamin sesuai dengan keyakinan dan etika moral yang berlaku dalam masyarakat.
b.      Mencapai peranan sosial sebagai seorang pria dan wanita selaras dengan tuntutan sosial dan kutural masyarakat.
c.       Menerima kesatuan organ-organ tubuh sebagai pria atau wanita dan menggunakannya secara efektif sesuai dengan kodratnya masing-masing.
d.      Keinginan menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang bertanggung jawab di tengah-tengah masyarakat.
e.       Mencapai kemerdekaan dan kebebasan emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainya dan mulai jadi seorang “person” (menjadi dirinya sendiri).
f.       Mempersiapkan diri untuk mempersiapkan karir tertentu dalam bidang ekonomi.
g.      Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan atau kehidupan berkeluarga ( sebagai suami atau istri ).
h.      Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman bertingkah laku dan mengembangkan ideologi untuk keperluan kehidupan kewarganegaraannya.

4.      Masa dewasa awal dan tugas-tugas perkembangannya.
Fase perkembangan saat seorang remaja mulai memasuki masa dewasa, yakni antara umur 21 sampai 22 tahun disebut masa dewasa awal. Menurut Havighurst ( 1953 ) dalam Andi Mappiare, tugas-tugas perkembangan fase dewasa awal adalah sebagai berikut.
a.       Memilih teman bergaul ( sebagai calon suami atau istri ).
b.      Belajar hidup bersama dengan suami istri.
c.       Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga.
d.      Belajar mengasuh anak-anak.
e.       Mengelola rumah.
f.       Mulai bekerja dalam suatu jabatan.
g.      Mulai bertanggung jawab sebagai warga negara secara layak.
h.      Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya.
5.       Masa setengah baya dan tugas-tugas perkembangannya
Masa yang berlangsung antara umur 40 sampai 60 disebut masa setengan baya. Oleh sebagian orang, usia ini disebut dengan masa pubertas kedua. Adapun tugas-tugas pada masa ini adalah sebagai berikut.
a.       Mencapai tanggung jawab sosial dan kewarganegaraan secara lebih dewasa.
b.      Membantu anak-anak yang masih berusia belasan tahun agar berkembang menjadi orang dewasa yang bahagia dan bertanggung jawab.
c.       Mengembangkan aktifitas dan memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya bersama orang-orang dewasa lainya.
d.      Menghubungkan diri sedemikian rupa dengan pasangannya sebagai seorang pribadi yang utuh.
e.       Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada masa setengah baya.
f.       Mencapai dan melaksanakan penampilan yang memuaskan dalam(karier) propesi dan jabatannya.
g.      Menyesuaikan diri dengan perikehidupan orang-orang dengan usia lanjut.
6.      Masa tua dan tugas-tugas perkembangannya.
Oleh para ahli psikologi, khususnya psikologi perkembangan, masa ini merupakan masa akhir kehidupan manusia. Masa tua berlangsung antara 60 tahun hingga meninggal dunia. Masa ini biasanya ditandai oleh perubahan-perubahan kemampuan motorik yang semakin merosot.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa tua, sesuai dengan berkurangnya kekuatan dan kesehatan jasmaniahnya adalah sebagai berikut.
a.       Menyesuaikan diri dengan menurunya kekuatan dan kesehatan jasmaniahnya.
b.      Menyesuaikan diri dengan keadaan pensiun dan berkurangnya penghasilan.
c.       Menyesuaikan diri dengan kematian pasanganya(suami/istri).
d.      Membina hubungan yang tegas dengan para anggota kelompok seusianya.
e.       Membina pengaturan jasmani sedemikin rupa agar memuaskan dan sesuai  dengan kebutuhanya.
f.       Menyesuaikan diri terhadap peranan-peranan sesuai dengan cara yang luas.
Di dalam memahami tugas-tugas perkembangan seperti disebutkan di atas, perlu memperhatikan prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut.
a.       Perkembangan melibatkan perubahan.
b.      Perkembangan awal lebih kritis ketimbang pekembangan selanjutnya
c.       Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
d.      Pola perkembangan dapat diramalkan.
e.       Pola perkembangan mempunyai karakteristik dapat diramalkan.
f.       Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan.
g.      Periode pola perkembangan.
h.      Pada setiap periode perkembangan terdapat harapan sosisal.
i.        Setiap bidang perkembangan mengandung bahaya yang potensial.
j.        Kebahagaiaan berfariasi pada berbagai periode perkembangan.
Apabila merujuk kepada pendapat Hurlock (1997), setiap individu secara umum akan mengalami perkembangan yang meliputi  aspek-aspek:
1.      Perkembangan fisik
2.      Perkembangan motorik
3.      Perkembangan bicara
4.      Perkembangan emosi
5.      Perkembangan sosial
6.      Perkembangan bermain
7.      Perkembangan kreatifitas
8.      Perkembangan pengertian
9.      Perkembanagn moral
10.  Perkembangan peran seks
11.  Perkembangan kepribadian.[6]
  
      F.     Perkembangan Motorik, Kognitif dan Moral.
Proses perkembangan individu, dapat dikelompokkan ke dalam tiga aspek, yaitu perkembangan motorik, sosial dan moral.
1.      Perkembangan Motorik ( Motoric Development )
Dalam istilah psikologi, istilah motormenunjuk pada hal,keadaan dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakan-gerakan. Motor dapat pula berarti segala keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi atau rangsangan terhadap kegiatan organ-organ fisik.
Dengan demikian, perkembangan motorik berarti proses perkembangan yang progresif ( maju ) dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak ( motor skill ).
2.      Perkembangan Kognitif
Istilah kognitif ( Cognitive ) berasal dari kata cognition yang padanan katanya knowing, yang artinya mengetahui. Dalam arti luas, cognition ( kognisi ) ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan ( neisser, 1976 dalam Muhibbin Syah, 1996:65 ).
Jadi, perkembangan kognitif atau cognitive development, , yakni perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak anak.
Jean Piaget, seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dan psikologi anak, mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan yakni,
a.       Tahap sensory-motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun.
b.      Tahap pre-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun.
c.       Tahap concrete-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 7-11 tahun.
d.      Tahap formal-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun ( syah, 1996:66 ).
3.      Perkembangan Sosial dan Moral ( social and moral development )
Perkembangan sosial dan moral yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak berkomunikasi dengan orang lain, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Perkembangan ini berlangsung sejak masa bayi hingga akhir hayat.
Seperti juga proses perkembangan yang lainya, perkembangan sosial dan moral siswa juga selalu berkaitan dengan proses belajar. Ini bermakna bahwa proses belajar itu amat menentukan kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan norma-norma moral agama, tradisi, hukum dan moral lainnya yang berlaku dalam masyarakat.[7]

      G.    Arti Penting Perkembangan Bagi Proses Pembelajaran
Antara perkembangan dan belajar terdapat hubungan sangat erat, sehingga hampir semua proses perkembangan memerlukan belajar. Pengetahuan tentang proses perkembangan dengan segala aspeknya sangat banyak manfaatnya, antara lain:         
a)      Guru dapat memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada para siswa, relevan dengan tingkat perkembanganya.
b)      Guru dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa tertentu, seterusnya segera mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menanggulanginya.
c)      Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memulai aktivitas proses belajar mengajar tertentu.
d)     Guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran dan pengajaran materi pembelajarn tertentu (syah,1996:82).[8]


BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
      Manusia membutuhkan kepandaian yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, dan ini dapat dicapai melalui belajar. Meskipun bayi yang baru lahir membawa beberapa naluri dan insting dan potensi-potensi, tetapi potensi tersebut tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya pengaruh dari luar. Untuk itu manusia membutuhkan belajar sepanjang kehidupannya, kapanpun dan dimanapun.
      Pada intinya belajar itu memiliki beberapa manfaat bagi individu, yaitu:
1. Belajar itu membawa perubahan
2. Perubahan itu ada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru
3. Perubahan itu terjadi karena usaha
       
      Fase-fase perkembangan pada manusia sejak dari masa kanak-kanak sampai masa tua ada enam fase, yaitu:
1. Fase perkembangan masa kanak-kanak
2. Fase perkembangan masa anak
3. Fase perkembangan masa remaja
4. Fase perkembangan masa dewasa awal
5. Fase perkembangan masa setengah baya
6. Fase perkembangan masa tua

B.     Saran
      Kita sebagai mahasiswa tidak terlepas dari Perkembangan belajar , oleh sebab itu kami sebagai pemakalah mengharapkan kepada siding pembaca dengan adanya makalah ini semoga kita dapat mengetahuai Perkembangan Individu Dalam Konteks Belajar. Walaupun makalah ini jauh dari kesempurnaan tetapi apabila kita membaca dan memahaminya, semoga banyak manfaat yang dapat kita ambil.


DAFTAR PUSTAKA
AU. Zalyana, Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab (Pekanbaru : Al-Mujtahadah Press, 2010).
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006).
Sukmadinata. Nana Syaodih, Landasan psikologi proses pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya).



[1] Prof. Dr. Nana syaodih sukmadinata, Landasan psikologi proses pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), hlm. 113-114
[2] Dra. Hj. Zalyana, AU., M.Ag., Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Pekanbaru: Al-Mujtahadah Press, 2010), hlm. 41-43.
[3] Ibid., hlm. 43-45.
[4] Ibid., hlm. 45-49.
[5] Ibid., hlm. 50-52.
[6] Drs. Tohirin, Ms., M.Pd., Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 38-47.
[7] Ibid., hlm. 48-50
[8] Ibid., hlm. 50-52.