PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) BERDASARKAN KOMPETENSI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA
ORGANISASI
ABSTRAK
Peranan manusia dalam organisasi sangat penting. Seiring tuntutan
teknologi dan persaingan dunia usaha, maka kompetensi sumber daya manusia dalam
organisasi harus dapat dioptimalkan melalui pelatihan dan pengembangan karyawan
yang berbasis kompetensi. Hal ini memberikan dampak yang positif ketika SDM
yang kompeten mampu membawa keberhasilan pribadinya pada peningkatan kinerja
organisasi. Pengembangan manusia dalam organisasi memberikan kualitas dan
kemampuan kerja yang akan berdampak pada peningkatan kinerja organisasi.
PENDAHULUAN
Keberadaan
sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan aset yang berharga bagi
organisasi itu sendiri. Keberhasilan suatu organisasi ditentukan dari kualitas
orang-orang yang berada di dalamnya. SDM akan bekerja secara optimal jika
organisasi dapat mendukung kemajuan karir mereka dengan melihat apa sebenarnya
kompetensi mereka. Biasanya, pengembangan SDM berbasis kompetensi akan
mempertinggi produktivitas karyawan sehingga kualitas kerja pun lebih tinggi
pula dan berujung pada puasnya pelanggan dan organisasi akan diuntungkan.
Pengembangan
SDM berbasis kompetensi dilakukan agar dapat memberikan hasil sesuai dengan
tujuan dan sasaran organisasi dengan standar kinerja yang telah ditetapkan.
Kompetensi yang dimiliki seorang karyawan secara individual harus dapat
mendukung pelaksanaan visi misi organisasi melalui kinerja strategis organisasi
tersebut. Oleh karena itu kinerja individu dalam organisasi merupakan jalan
dalam meningkatkan poduktivitas organisasi itu sendiri.
PENGERTIAN
SDM
Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya
pikir dan daya fisik yang dimiliki individu, perilaku dan sifatnya ditentukan
oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh
keinginan untuk memenuhi kepuasannya. Sumber daya manusia merupakan aset dalam
segala aspek pengelolaan terutama yang menyangkut eksistensi organiasi.
Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM
merupakan potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya
sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola
dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju
tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan
berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, SDM lebih dimengerti
sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi. Oleh
karena itu, dalam bidang kajian psikologi, para praktisi SDM harus mengambil
penjurusan industri dan organisasi.
Mengenai perkembangan Sumber
Daya Manusia dalam suatu organisasi, Greer menyatakan bahwa :
Dewasa
ini, perkembangan terbaru memandang SDM bukan sebagai sumber daya belaka,
melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi. Karena
itu kemudian muncullah istilah baru di luar H.R. (Human Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di sini SDM dilihat bukan sekedar sebagai aset
utama, tetapi aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan, dikembangkan
(bandingkan dengan portfolio investasi) dan juga bukan sebaliknya sebagai liability (beban,cost). Di sini
perspektif SDM sebagai investasi bagi institusi atau organisasi lebih
mengemuka.
Berdasarkan hal di atas, maka SDM memegang nilai yang sangat penting dalam manajemen keorganisasian. Meskipun teknologi banyak dilibatkan dalam roda organisasi, namun tetap saja organisasi memerlukan SDM sebagai daya penggerak dari sumber daya lainnya yang dimiliki oleh organisasi dalam bentuk apapun.
KOMPETENSI
Kompeten adalah keterampilan yang
diperlukan seseorang yang ditunjukkan oleh kemampuannya untuk dengan konsisten
memberikan tingkat kinerja yang memadai atau tinggi dalam suatu fungsi
pekerjaan spesifik. Kompeten harus dibedakan dengan kompetensi, walaupun dalam
pemakaian umum istilah ini digunakan dapat dipertukarkan. Upaya awal untuk
menentukan kualitas dari manajer yang efektif didasarkan pada sejumlah
sifat-sifat kepribadian dan keterampilan manajer yang ideal. Ini adalah suatu
pendekatan model input, yang fokus pada keterampilan yang dibutuhkan untuk
mengerjakan suatu pekerjaan. Keterampilan-keterampilan ini adalah kompetensi
dan mencerminkan kemampuan potensial untuk melakukan sesuatu. Dengan munculnya
manajemen ilmiah, perhatian orang-orang berbalik lebih pada perilaku para
manajer efektif dan pada hasil manajemen yang sukses. Pendekatan ini adalah
suatu model output, dengan mana efektivitas manajer ditentukan, yang
menunjukkan bahwa seseorang telah mempelajari bagaimana melakukan sesuatu
dengan baik.
Terdapat
perbedaan konsep tentang kompetensi menurut konsep Inggris dan konsep Amerika
Serikat. Menurut konsep Inggris, kompetensi dipakai di tempat kerja dalam
berbagai cara. Pelatihan sering berbasiskan kompetensi. Sistem National Council Vocational Qualification
(NCVQ) didasarkan pada standar kompetensi. Kompetensi juga digunakan dalam
manajemen imbalan, sebagai contoh, dalam pembayaran berdasarkan kompetensi.
Penilaian kompetensi adalah suatu proses yang perlu untuk menyokong
inisiatif-inisiatif ini dengan menentukan kompetensi-komptensi apa yang
karyawan harus perlihatkan.
Pendapat
yang hampir sama dengan konsep Inggris dikemukakan oleh Kravetz (2004), bahwa
kompetensi adalah sesuatu yang seseorang tunjukkan dalam kerja setiap hari.
Fokusnya adalah pada perilaku di tempat kerja, bukan sifat-sifat kepribadian
atau keterampilan dasar yang ada di luar tempat kerja ataupun di dalam tempat
kerja.
Kompetensi
mencakup melakukan sesuatu, tidak hanya pengetahuan yang pasif. Seorang karyawan
mungkin pandai, tetapi jika mereka tidak menterjemahkan kepandaiannya ke dalam
perilaku di tempat kerja yang efektif, kepandaian tidak berguna. Jadi
kompetensi tidak hanya mengetahui apa yang harus dilakukan. (http://deroe.wordpress.com/2007/10/05/kompeten-dan-kompetensi/)
Menurut
Spencer and Spencer (1993) Kompetensi didefinisikan sebagai Underlying characteristic’s of an individual
which is causally related to criterion- referenced effective and or superior
performance in a job or situation. Kompetensi merupakan karakteristik yang
mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam
pekerjaannya.
Secara
general, kompetensi sendiri dapat dipahami sebagai sebuah kombinasi antara
ketrampilan (skill), atribut
personal, dan pengetahuan (knowledge)
yang tercermin melalui perilaku kinerja (job
behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi. Dalam sejumlah
literatur, kompetensi sering dibedakan menjadi dua tipe, yakni soft competency atau jenis kompetensi
yang berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengelola proses pekerjaan, hubungan
antar manusia serta membangun interaksi dengan orang lain. Contoh soft competency adalah: leadership, communication, interpersonal
relation, dll. Tipe kompetensi yang kedua sering disebut hard competency atau jenis kompetensi
yang berkaitan dengan kemampuan fungsional atau teknis suatu pekerjaan. Dengan
kata lain, kompetensi ini berkaitan dengan seluk beluk teknis yang berkaitan
dengan pekerjaan yang ditekuni. Contoh hard
competency adalah : electrical
engineering, marketing research, financial analysis, manpower planning, dll.
Menilik
dalam organisasi tingkatan manajemen ada 3 yaitu:
- 1. Tingkatan Eksekutif
Pada
tingkatan ini diperlukan kompetensi yang berkaitan dengan strategic thinking
dan change leadership manajement. Strategic thinking adalah kompetensi untuk
memahami kecenderungan perubahan lingkungan yang begitu cepat, melihat peluang
pasar, ancaman, kekuatan dan kelemahan organisasi agar dapat
mengidentifikasikan “strategic responce” secara optimum. Sedangkan change
leadership adalah kompetensi untuk mengkomunikasikan visi dan strategi
perusahaan dan dapat mentransformasikan kepada pegawai.
- 2. Tingkat Manajer
Pada
tingkat ini diperlukan adalah kompetensi yang meliputi aspek-aspek fleksibilitas,
change implemention, interpersonal understanding, and empowering. Aspek
fleksibilitas adalah kemampuan merubah struktur dan proses manajerial:apabila
strategic perubahan organisasi diperlukan untuk efektifitas pelaksanan tugas
organisasi. Dimensi “interpersonal understanding” adalah kemampuan untuk
memahami nilai dari setiap manusia. Aspek pemberdayaan adalah kemampuan
mengembangkan karyawan, mendelegasikantanggung jawab, memberikan saran umpan
balik, menyatakan harapan-harapan positif pada bawahan serta memberikan reward
bagi peningkatan kinerja.
- 3. Tingkat Karyawan
Pada
tingkat ini di perlukan kualitas kompetensi seperti fleksibilitas, menggunakan,
mencari berita, motivasi dan kemampuan untuk belajar, motivasi kerja dibawah
tekanan waktu, kolaborasi, dan orientasi pelayanan terhadap pelanggan.
PELATIHAN
DAN PENGEMBANGAN KARYAWAN
Pelatihan
dan pengembangan dapat didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari
organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan pegawai.
Pelatihan dan pengembangan merupakan dua konsep yang sama, yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan. Tetapi apabila dilihat
dari sasarannya, pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk
melakukan pekerjaan yang spesifik pada saat ini, dan pengembangan lebih
ditekankan pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan pada masa
yang akan datang, yang dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dengan
kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja.
Terdapat
beberapa keuntungan dengan dilakukannya pelatihan dan pengembangan bagi pegawai
yang pada akhirnya akan membawa keuntungan bagi organisasi diantaranya :
1.
Mendorong
pencapaian pengembangan diri pegawai
2.
Memberikan
kesempatan bagi pegawai untuk berkembang dan memiliki pandangan tentang masa
depan kariernya.
3.
Membantu
pegawai dalam menangani konflik dan ketegangan.
4.
Meningkatkan
kepuasan kerja dan prestasi kerja
5.
Menjadi jalan
untuk perbaikan keterampilan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi.
6.
Membantu
menghilangkan ketakutan dalam mencoba hal-hal baru dalam pekerjaan
7.
Menggerakkan
pegawai untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi
Berdasarkan hal-hal di
atas maka pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia memberikan dampak yang
baik terhadap kinerja pegawai tersebut sebagai individu. Hal ini jelas akan
membawa peningkatan terhadap kinerja organisasi apabila pelatihan dan
pengembangan pegawai dilakukan secara terencana dan berkesinambungan.
Pengembangan SDM dirasakan sangat penting karena tuntutan pekerjaan yang sangat
kompleks akibat kemajuan teknologi dan kompetisi diantara berbagai organisasi,
sangat membutuhkan pengembangan pegawai yang baik.
Beberapa tujuan dari
pengembangan pegawai diantaranya :
1.
Meningkatkan
produktivitas kerja
2.
Meningkatkan
efisiensi tenaga, waktu, bahan baku, dan mengurangi ausnya mesin-mesin
3.
Mengurangi
tingkat kecelakaan pegawai
4.
Meningkatkan
pelayanan yang lebih baik dari karyawan untuk konsumen perusahaan dan atau
organisasi
5.
Menjaga moral
pegawai yang baik
6.
Meningkatkan
karier pegawai
7.
Meningkatkan
kecakapan manajerial pegawai
Terdapat
banyak pendekatan untuk pelatihan. Menurut (Simamora:2006 :278) ada lima
jenis-jenis pelatihan yang dapat diselenggarakan:
1. Pelatihan
Keahlian
Pelatihan keahlian (skils training) merupakan pelatihan yang sering di jumpai
dalam organisasi. program pelatihaannya relatif sederhana: kebutuhan atau
kekuragan diidentifikasi rnelalui penilaian yang jeli. kriteria penilalan
efekifitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang diidentifikasi dalam
tahap penilaian.
2. Pelatihan Ulang.
Pelatihan ulang (retraining) adalah subset pelatihan keahilan. Pelatihan
ulang berupaya memberikan kepada para karyawan keahlian-keahlian yang mereka
butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah. Seperti tenaga
kerja instansi pendidikan yang biasanya bekerja rnenggunakan mesin ketik manual
mungkin harus dilatih dengan mesin computer atau akses internet
3. Pelatihan Lintas Fungsional.
Pelatihan lintas fungsional (cros fungtional training) melibatkan pelatihan
karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dan
pekerjan yang ditugaskan.
4. Pelatihan Tim.
Pelatihan tim merupakan bekerjasarna terdiri dari sekelompok Individu untuk
menyelesaikan pekerjaan demi tujuan bersama dalam sebuah tim kerja.
5. Pelatihan Kreatifitas.
Pelatihan kreatifitas (creativity
training) berlandaskan pada asumsi hahwa kreativitas dapat dipelajari.
Maksudnya tenaga kerja diberikan peluang untuk mengeluarkan gagasan sebebas
mungkin yang berdasar pada penilaian rasional dan biaya dan kelaikan.
Adapun perbedaan antara pelatihan dan pengembangan menurut
(Syafaruddin:2001 :217).
a.
Pelatihan.
Tujuan : Peningkatan kemampuan individu
bagi kepentingan jabatan saat ini.
Sasaran : Peningkatan kinerja jangka pendek.
Orientasi : Kebutuhan jabatan sekarang.
Efek
terhadap karir : Keterkaitan dengan
karir relatif rendah.
b. Pengembangan.
Tujuan : Peningkatan kemampuan individu
bagi kepentingan jabatan yang akan datang.
Sasaran : Peningkatan kinerja jangka
panjang.
Orientasi : Kebutuhan perubahan terencana atau
tidak terencana.
Efek
terhadap karir : Keterkaitan dengan
karir relatif tinggi.
PENGEMBANGAN
SDM BERDASARKAN KOMPETENSI DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASI
Dalam
mengungkap kinerja organisasi Nickson (2007:169) mengutip pendapat Armstrong
mengenai yaitu :
“Performance management is about getting better results from the
organization, teams and individuals by understanding and managing performance
within an agreed framework of planned goals, standards and competing
requirements. It is a process for establishing shared understanding about what
is to be achieved, and an approach to managing and developing people in a way
which increases the probability that it will be achieved in the short and long
term. It is owned and driven by management. “
Berdasarkan
pendapatnya di atas dapat dikatakan bahwa kinerja organisasi diperoleh dari
pengelolaan berbagai tujuan, sasaran dan pengembangan sumber daya manusia di
dalamnya dalam rangka mencapai tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Peran pimpinan dalam hal ini sangat dominan. Sejauh mana pimpinan menghendaki
SDM organisasinya berkembang maka pimpinan tersebut memiliki kewenangan dalam
mewujudkan pengembangan SDM melalui berbagai kegiatan pengembangan dan pelatihan
sesuai dengan masing-masing kompetensi yang dimiliki pegawainya.
Berbagai
upaya pengembangan SDM hendaknya didukung oleh beberapa faktor diantaranya:
1.
Terdapat
seleksi SDM yang baik untuk benar-benar menciptakan pegawai yang berkualitas
2.
Merancang
keselarasan antara kebutuhan organisasi dan kemampuan pegawai
3.
Menyediakan
sarana, prasarana dan teknologi yang sesuai untuk pengembangan pegawai
4.
Komitmen yang
tinggi dari setiap elemen organisasi untuk melakukan pengembangan pegawai
secara berkesinambungan.
Apabila daya dukung
organisasi sudah dapat berjalan secara simultan maka pengembangan sumberdaya
manusia berbasis kompetensi akan dapat memberikan dampak baik bagi peningkatan
kinerja organisasi. Hal ini terjadi karena sumberdaya manusia yang berkembang
secara kompeten merupakan suatu kondisi dimana seluruh elemen internal
organisasi siap untuk bekerja dengan mengandalkan kualitas diri dan kemampuan
yang baik.
Pada level tertentu
dimana kondisi di atas sudah mampu tercipta dalam suatu organisasi maka kinerja
individu organisasi menjadi cerminan bagi kinerja organisasi. Terdapat banyak
tantangan dalam menciptakan situasi kondusif bagi organisasi untuk meningkatkan
kinerjanya dan pengembangan SDM merupakan salah satu hal yang patut kian
dilakukan. Organisasi yang menghendaki kinerja yang optimal dibutuhkan pula
konsistensi dari manajemen mengenai pengelolaan pegawai yang baik dan
proporsional serta menciptakan hubungan kerja yang efektif.
PENUTUP
Pengembangan SDM yang
berbasis kompetensi dapat membantu organisasi untuk memiliki sumber daya manusia yang kompeten
dan handal dalam bekerja. Melalui berbagai kegiatan pengembangan dan pelatihan,
kompetensi SDM akan lebih optimal dan berujung pada meningkatnya kinerja
organisasi melalui penjabaran serta operasionalisasi visi dan misinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwi, Syafaruddin. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia : Strategi Unggulan
Kompetitif. BPFE. Yogyakarta.
Greer, Charles R. 1995. Strategy and
Human Resources: a General Managerial Perspective. New Jersey: Prentice
Hall.
Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi
Aksara. Jakarta.
Nickson, Dennis. 2007. Human Resources Management for The
Hspitality and Tourism Industries. Elsevier. Burlington.
Ryllatt, Alastair, et.al, 1995. Creating Training Miracles. AIM.
Australia.
Spencer, N.Lyle and Spencer, M. Signe.
1993. Competence at Work : Models for
Superrior Performance. John Wily & Son,Inc. Mew York.